PEMIMPIN HASIL MONEY
POLITIC TAK WAJIB DITAATI
Rembang- Salah seorang
tokoh agama Kecamatan Sedan, Rembang KH Zakki Mawardi, Kamis (16/2), mengemukakan bahwa
mentaati seorang pemimpin yang dalam proses pemilihannya menggunakan pendekatan
money politic secara agama hukumnya tidak wajib. Hal itu menurutnya sama saja
hukumnya dengan suap yang secara jelas dalam agama tidak diperbolehkan.
“Money
politic secara kontekstual sama seperti suap dan suap secara jelas dilarang
dalam agama. Dalam hadist nabi sudah dijelaskan ‘arsyi wal murtasyi fi nar’,
yang dapat diartikan penyuap dan yang disuap tempatnya adalah neraka. Maka dari
itu dari nash tersebut menurut saya tidak wajib mentaati pemimpin yang ketika
proses pemilihannya menggunakan unsur suap atau money politic,” terang KH Zakki
sambil menunjukan salah satu kitab rujukannya.
KH Zakki
berpandangan nash (rujukan) tersebut bukan saja hanya berlaku untuk pemimpin
dalam arti sempit. Semua jabatan publik yang didapat oleh seseorang dengan
cara-cara seperti itu menurutnya secara agama hukumnya adalah sama, tidak wajib
ditaati.
“Saya kira
hal itu bukan hanya berlaku bagi pemimpin dalam arti sempit, melainkan juga
berlaku bagi semua jabatan publik, termasuk, guru, perusahaan, BUMN dan yang
lainnya. Namun ini secara agama, di luar itu saya tidak berani berpandangan,”
jelasnya lagi.
Kyai
berkacamata itu juga mengungkapkan, secara rasional seseorang yang mendapatkan
sebuah jabatan dengan pendekatan money politic ataupun suap secara naluriah
akan berusaha mendapatkan apa yang sudah ia keluarkan ketika dirinya sudah meraih
jabatan tersebut, dengan cara apapun. Hal itu, kata dia, tentu saja akan memicu
tindakan-tindakan lain yang secara implikatif merugikan masyarakat, seperti
korupsi atau penyalahgunaan jabatan dan wewenang.
Namun, KH
Zakki juga menyadari sangat sulit menghapus tindakan-tindakan yang melenceng
secara agama tersebut karena pada konteksnya banyak orang yang berilmu ternyata
justru diperbudak oleh hawa nafsu sehingga kepentingan duniawi menjadi hal yang
dinomersatukan.
“Anda lihat
sendiri, betapa banyak orang berilmu di negara ini. Namun kenyataannya justru mereka banyak yang
diperbudak oleh godaan duniawi dan akhirnya ilmunya jadi tidak ada gunanya,”
tuturnya.
Untuk itu
dalam era seperti saat saat ini dalam pandangannya dibutuhkan solusi
komprehensif yang menyangkut multi bidang serta melibatkan banyak pihak. Bukan
hanya dari agama saja, namun menurutnya juga melibatkan ulil amri atau pemimpin
dengan jalan memberikan tauladan (contoh
perbuatan) yang baik.
“Agama saja
saya kira belum cukup, pemerintah selaku pemegang kebijakan harus menjadi
inisiator serta memiliki langkah jitu dengan memanfaatkan kapasitas yang
dimilikinya. Selain itu tentu saja langkah-langkah batihiniyah tetap
dikedepankan seperti perbanyak zdikir (berdoa) agar terhindar dari godaan
duniawi,” pangkasnya. (Ilyas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar