Jumat, 16 Maret 2012

INI DIA 4 KARAKTER PEMIMPIN YANG BAIK


INI DIA 4 KARAKTER PEMIMPIN YANG BAIK

KH Haizul Maali kembali menyuarakan pendapat. Kali ini ulama berpengaruh Sedan, Rembang yang tidak pernah mau diambil gambarnya itu berpendapat mengenai 4 karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik.
Maali mengungkapkan, seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa kriteria, pertama, seoarang pemimpin wajib peduli terhadap rakyatnya. dengan kata lain seoang pemimpin harus tahu apa dan bagaimana segala sesuatu dibutuhkan oleh rakyat, karena pemimpin menurutnya adalah pelayan rakyat.
“Pertama pemimpin yang baik itu harus memiliki kepedulian tinggi terhadap nasib rakyatnya. semua hal yang diperlukan oleh rakyat, harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh pemimpin,” jelasnya.
Sedangkan kriteria selanjunya, kata Maali, seorang pemimpin harus bertindak berdasarkan azas manfaat. Azas manfaat yang dimaksud Maali adalah berhubungan dengan segala kebijakan yang dikeluarkannya yang harus sesuai dengan tujuan serta manfaat yang jelas.
“Sedangkan kriteria ketiga menurut saya, seorang pemimpin harus mementingkan kemaslahatan (kebaikan) rakyat. Jika aspek kemaslahatan di kedepankan, maka semua hal yang dilakukan oleh pemimpin melalui sebuah kebijakan akan bisa membawa kebaikan bagi semua orang,” terangnya.
Maali menjelaskan, selain tiga kriteria yang sudah disebut masih ada satu lagi yang juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu seorang pemimpin wajib jujur sesuai dengan kemampuan. Saat ditanya maksud dari kriteria keempat, ia dengan santai menjawab bahwa seorang pemimpin harus jujur dan apa-adanya dalam setiap bertindak dan menghasilkan sebuah keputusan. Keputusan yang dihasikan oleh seorang pemimpin, jelas dia, harus benar-benar mampu untuk menghasilkan perubahan dan perbaikan yang lebih dari sebelumnya.
Ia menambahkan, bahwa sosok pemimpin mutlak diperlukan dan sangat penting bagi kelangsungan hidup umat. Dirinya mencontohkan pada saat Nabi Muhamad wafat pada hari Senin, jenazah baru dimakamkan pada Selasa malam karena para sahabat menyiapkan dan mencari kata sepakat seputar pengganti Nabi.
“Itu adalah contoh bahwa sosok seorang pemimpin mutlak diperlukan, bagi siapapun dan dimanapun,” pangkasnya. (Ilyas)

KYAI HARUS BERPOLITIK


KYAI HARUS BERPOLITIK

Salah seorang ulama kenamaan Sedan KH Haizul Maali mengatakan bahwa sudah sepaturnya dan selayakanya seorang kyai harus berpolitik. Menurutnya hal itu sebagai sesuatu yang wajar dan memang harus dilakukan oleh seorang kyai sebagai salah satu media berjuang.
Ulama karismatik itu mengungkapkan, kyai harus berpolitik jika politik diartikan sebagai membangun Negara karena membangun sebuah Negara juga diserukan oleh agama.
“Kyai memang harus berpolitik, namun ada tapinya, jika politik diartikan sebagai alat untuk membangun Negara. Jangan diartikan macam-macam,” katanya lantas tersenyum.
Kyai Maali juga menambahkan bahwa, pada konteksnya politik harus dimaknai sebagai sesuatu yang baik dan siapa saja bisa masuk di dalamnya. Melalui politik, kata Maali, maka semua kepentingan umat diatur dan diperjuangkan sesuai dengan semestinya.
“Tidak ada larangan politik bagi kyai karena pada dasarnya politik itu adalah untuk membangun Negara dan umat,” terangnya lagi.
Ia tidak khawatir para kyai akan mudah tergiur akan godaan-godaan yang sering muncul berkaitan dengan kegiatan polik praktis. Semua itu menurutnya justru akan menjadi tantangan dan obyek perjuangan kyai dalam meluruskan kebenaran.
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan politik praktis. Jika kenyataannya banyak hal-hal buruk yang rentan mengiringinya, tentu hal itu akan menjadi obyek perjuangan kyai yang perlu diluruskan, nashnya kan jelas ‘amar ma’ruf nahi munkar’, memerintahkan kebaikan dan mencegah keburukan,” jelasnya.
Namun ia menegaskan bahwa seandainya siapapun itu takut dan khawatir tidak mampu melawan berbagai godaan yang rentan terjadi, maka lebih baiknya tidaak usah turut campur dalam politik praktis.
“Kalau khawatir tidak bisa menahan godaan ya, ga usah berpolitik praktis, mending di rumah saja. kalau itu kyai ya mending ‘ngulang ngaji’ santrinya,” pangkasnya. (Ilyas)

RUMAH 20 TAHUN ITU KINI TAK BERBEKAS


KISAH DI BALIK BENCANA CERBUNG
Tak berbekas : Samad bersama Kepala Dusun Cerbung, Muhadi saat melihat bekas rumahnya yang terhantam gelombang (6/3). Kondisi terkini (14/3), bekas bangunan rumah itu sudah tidak utuh lagi dan tersisa kurang dari separonya.

RUMAH 20 TAHUN ITU KINI TAK BERBEKAS

Di balik bencana abrasi yang melanda Dusun Cerbung, Temperak Sarang, banyak tersaji kisah-kisah memilukan dan “ngenes” menimpa warga setempat. Cukup banyak warga yang mengalami kisah itu, dan salah seorangnya adalah Samad (56), lelaki paroh baya itu harus merelakan rumah yang sudah ia tinggali bersama sang istri selama 20 tahun lenyap tak berbekas.
Kejadian itu bermula pada Selasa sore (6/3) sekitar pukul 16.00 WIB, saat Samad bersama sang istri tengah menunggui warung kopi sederhana miliknya yang terletak di pinggir jalan pantura Desa Temperak, Sarang. Tanpa disangka dirinya mendapati kabar dari salah seorang tetangga bahwa rumahnya roboh dihantam gelombang. Kontan, kabar itu baginya ibarat sambaran petir di siang bolong. Dengan setengah berlari, ia bersama istri bergegas menuju rumahnya yang hanya berjarak kurang lebih 500 meter dari warung.
Dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan, ia mendapati rumah yang sudah menemaninya selama 20 tahun itu, luluh lantah dengan kerusakan hampir 90 %. Sedih, kecewa, marah, perasaan itu campur aduk menyesakan dadanya. Terlebih istrinya, Sumarsih (50) yang seketika itu langsung berlinang air mata.
“Meskipun semua warga sini sudah tahu bahwa gelombang besar sewaktu-waktu mengancam, namun saya tidak menyangka ternyata rumah yang menemani kami selama 20 tahun itu sudah tidak berbentuk lagi,” ceritanya sambil menerawang.
Setelah sejenak termenung seakan tidak percaya, ia bersama sejumlah warga sepakat untuk merobohkan rumahnya demi alasan keamanan, mengingat tingkat kerusakan cukup parah dan tidak mungkin lagi bisa ditinggali.
“Demi keamanan, dengan berat hati saya bersama sejumlah tetangga merobohkannya. Semua barang serta perabotan yang masih layak digunakan oleh istri saya dikumpulkan untuk keperluan hidup selanjutnya. Rasanya sedih mas saat melihat rumah itu roboh, bagaimanapun juga itulah gubuk yang sudah menemani kami selama 20 tahun,” kata Samad yang juga nyambi sebagai buruh tani musiman ini.
Samad merasa dirinya beruntung dan harus tetap bersyukur, pasalnya saat ini dia masih memiliki warung kopi kecil, tempat dia bersama istri mengepulkan dapur. Untuk sementara waktu, ia merelakan dirinya bersama istri “me-multi-fungsikan” warung kecil miliknya, sebagai warung sekaligus juga sebagai gubuk pelindung dari panas dan hujan.
“Untuk sementara waktu kami harus rela tinggal di warung, dan hal itu tetap kami syukuri,” cetus bapak lima anak ini pasrah.
Kini perasaan bingung sudah mulai menyelimuti hatinya. Dirinya takut dan khawatir tidak bisa lagi mendirikan bangunan di bekas rumahnya yang hilang. Kebingunngan Samad cukup beralasan, karena kondisi terkini, Rabu (14/3), tanah bekas bangunannya sudah tidak utuh lagi dan hanya tersisa kurang dari separonya.
“Bagaimana tidak bingung mas, bekas bangunan rumah saya saja sudah tidak utuh lagi. Jujur saja saya kepikiran hal itu, dari mana saya harus mendapatkan biaya untuk memperbaikinya kembali. Apalagi tanahnya sudah separo lebih tergerus, tentu biaya tidak sedikit. Rasanya tanpa bantuan berbagai pihak sulit menjadikan rumah saya seperti kondisi semula,” keluhnya.
Kini, hanya satu harapannya, dan sangat mungkin harapan semua warga Dusun Cerbung. Samad berharap dengan cara apapun penanggulangan abrasi Cerbung benar-benar sesegera mungkin dilakukan oleh semua pihak terkait dan bukan hanya sekedar wacana, sehingga dirinya bersama warga lainnya bisa kembali hidup normal seperti dulu, saat gelombang dasyat belum datang menjamah. (Ilyas)

Rabu, 14 Maret 2012

AKIBAT BPBD LAMBAN


AKIBAT BPBD LAMBAN

Lamban : Salah satu sudut makam di Dusun Cerbung yang tergerus akibat lambannya penanganan bencana dari pemerintah. Pada tahun 2010 beberapa jenazah terangkat ke permukaan karena abrasi.
Semakin parah dan meluasnya bencana yang melanda Dusun Cerbung Desa Temperak Sarang dinilai oleh sejumlah pihak karena BPBD, selaku lembaga penanggulangan bencana daerah terkesan lamban memberikan respon sejak bencana pertama datang. Bahkan menurut sejumlah sumber terpercaya koran ini, sejatinya bencana di dusun tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2009 dan belum ada upaya penanggulangan berarti.
Kali ini, Danramil 14 Sarang, Piter Kasi yang bersuara keras. Menurutnya pemerintah ataupun BPBD sudah tergolong telat menangani Cerbung sehingga dampaknya meluas dan semakin parah seperti saat ini. Piter berpendapat, jika deteksi bencana sudah dilakukan sejak awal ia yakin dampak abrasi tidak separah sekarang.
“Lamban dan sangat lamban. Bencana sudah ada sejak 2009 dan selama itu hanya penanaman karung-karung pasir yang diupayakan, sementara penanganan dengan sifat lebih permanen belum pernah dilakukan. Kalau memang pada waktu bencana awal BPBD belum terbentuk semestinya bisa dilakukan langsung oleh kabupaten melalui dinas terkait,” katanya lantang.
Ia sangat menyayangkan lambannya penanganan Cerbung karena dampak hantaman gelombang tidak  akan separah sekarang jika dilakukan upaya tepat lebih awal. Bahkan, menurut Piter, semestinya segala sesuatunya sudah dipersiapakan oleh BPBD sejak Februari silam saat gelombang dasyat kembali merusak sebagian rumah warga.
“Masa pemerintah tidak tahu ada wilayahnya yang terancam habis. Kalau memang pada saat itu (awal bencana) dana penanggulangan belum ada, ya dicarikan talangan dulu lah, orang semuanya demi masyarakat. Sekarang sudah telat, bahkan pada tahun 2010 silam jenazah bergelimpangan di makam karena terhantam gelombang,” sindir komandan asal Makasar ini.
Piter juga berpandangan durasai waktu dua bulan yang dijanjikan pemerintah sangat tidak selaras dengan kuantitas ancaman gelombang yang terus-menerus menyerang. Tidak menutup kemungkinan, jelas dia, jika cuaca tetap seperti ini dan hantaman gelombang terus menerus terjadi, tidak butuh waktu lama rumah-rumah warga di sebelah pantai akan habis.
“Coba anda lihat, tadi pagi abrasi masih di sini dan sekarang sudah meluas lagi. Mana mungkin bisa dibiarkan selama 2 bulan,” sebutnya sambil menunjukan bekas abrasi yang baru saja terjadi.
Selama ini, jelas Piter, pihaknya dan sejumlah warga sudah mengusahakan penanggulan sementara untuk penahan gelombang, seperti penanaman karung pasir di belakang rumah-rumah warga.
 “Sejauh ini hanya penanaman karung pasir yang kita lakukan dan ada beberapa warga mampu mengusahakan sendiri pemasangan batu di belakang rumahnya. Kalau dijumlah sejak 2009, sudah 3000-an karung pasir kita tanam.
Dirinya berharap semua pihak, termasuk kalangan warga bersatu saling membantu demi meminimalisir dampak bencana yang sudah terlanjur terjadi. Sehingga upaya-upaya antisipasi bencana yang lebih besar bisa mudah dilakukan. (Ilyas)

KABUPATEN SIAPKAN DUA OPSI PENANGANAN CERBUNG

KABUPATEN SIAPKAN DUA OPSI PENANGANAN CERBUNG  
 WABUP JANJIKAN 2 BULAN CLEAR

Survei : Rombongan wakil bupati Rembang Abdul Hafidz di Cerbung

Berkaitan dengan bencana abrasi di Dusun Cerbung, Desa Temperak Sarang, wakil bupati Rembang, Abdul Hafidz mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten saat ini tengah menyiapkan dua opsi utama dalam upaya penanganan bencana tersebut. Dua opsi itu terdiri dari jangka pendek dan juga jangka panjang. Penanganan jangka pendek, pemerintah akan menyiapkan pemecah gelombang atau “breakwater” yang akan dipasang dengan menyesuaikan kondisi lapangan. Sedangkan penanganan jangka panjang adalah menyiapkan relokasi bagi warga Cerbung agar terbebas selamanya dari ancaman gelombang air laut.
Wabup menjelaskan, opsi pertama yang akan dicoba adalah pemasangan pemecah gelombang yang dihatapkan bisa mengurangi kerasnya air laut saat menyentuh bibir pantai, sehingga hal itu tidak sampai berdampak kepada pemukiman warga. Jika opsi pertama dirasa kurang efektif, kata wabup, pemerintah juga akan mencoba melakukan upaya relokasi dengan mempertimbangkan berbagai faktor dan melibatkan semua pihak yang berkepentingan.
“Untuk sementara dua opsi itu yang akan kita coba dalam penangan bencana Cerbung. Opsi pertama, kita pasang pemecah gelombang, jika hal itu kurang efektif maka kita akan beralih melakukan opsi selanjutnya, yaitu relokasi,” jelasnya kepada wartawan.
Ia juga menyatakan, saat ini dana penanggulangan sudah ada dan siap untuk disalurkan. Semua itu, jelasnya, harus mengikuti prosedur aturan dan mekanisme yang berlaku dalam tatanan pemerintahan. Namun, orang nomor dua di Kabupaten Rembang itu berani menjanjikan penanganan Cerbung maksimal 2 bulan sudah dilakukan.
“Uang sudah ada, namun semua itu tentu ada mekanisme yang harus diikuti, tidak asal mengeluarkan dana karena bukan uang milik pribadi, tetapi milik Negara. Insya Allah maksimal dua bulan sudah ada penanganan, syukur-syukur sebelum itu,” terangnya di sela-sela dialog dengan warga.
Wabup mengakui dalam penanganan bencana Cerbung, selain mekanisme, juga ada beberapa kendala lagi yang saat ini menjadi batu sandungan. Beberapa di antaranya adalah masih seringgnya turun hujan sehingga batu-batu besar sebagai bahan utama pemecah gelombang sulit didatangkan, serta masih pasangnya air laut yang tentu bisa menghambat pemasangan “breakwater”.
“Memang ada beberapa kendala yang menghambat penanggulangan, beberapa di antaranya adalah masih seringnya turun hujan serta belum redanya air pasang,” sebutnya.
Namun demikian, ia optimis upaya penanggulangan bisa segera dilakukan dan akan selalu diupayakan oleh pemerintah. Bahkan, dirinya juga akan mengusahakan untuk mendorong para pengusaha di Rembang agar bersama-sama memberikan solusi serta perhatian kepada warga Rembang yang terkena bencana, termasuk warga di Dusun Cerbung.
Untuk itu, sambil menunggu realisasi penanggulana, dirinya meminta sementara waktu warga rela mengungsi pada tempat yang sudah disiapkan. Sehingga hal-hal yang lebih buruk tidak sampai terjadi.
“Sambil menunggu penanggulangan, saya harap warga rela mengungsi pada tempat-tempat yang nanti disiapkan. Mudah-mudahan semuanya cepat selesai sehingga warga kembali tenang dan tentram,” pangkasnya.
Sementara itu pada kesempatan berbeda, kepala BPBD, Suharso, menjelaskan segaala bentuk penangan bencana Cerbung harus melalui mekanisme yang berlaku. Suharso menyebutkan, kabupaten, melalui BPBD, sudah menyiapkan dana sebesar 313 juta untuk penanggulangan fisik bencana Cerbung.
“Anggaran untuk sini (Cerbung) 313 juta, itu hanya fisik belum termasuk non fisik,” sebutnya singkat. (Ilyas)

CERBUNG MAKIN KRITIS



Kritis : Salah satu bekas rumah warga Cerbung yang saat ini telah lenyap akibat akumulasi hantaman gelombang yang datang secara terus-menerus dan belum adanya upaya penanggulangan nyata dari kabupaten.
CERBUNG MAKIN KRITIS

Rembang - Abrasi di Dusun Cerbung, Desa Temperak Sarang yang sudah terjadi sejak Februari silam dan mengancam 21 KK saat ini semakin memasuki masa kritis. Ancaman gelombang tinggi bagi warga setempat ditengarahi semakin nyata dan sewaktu-waktu dikhawatirkan bisa mengakibatkan rumah-rumah yang terletak bersebelahan dengan bibir pantai hilang tidak berbekas.
Kondisi terkini berdasarkan pantauan lapangan Rabu (14/3), sedikitnya 20 rumah warga Cerbung yang terletak bersebelahan dengan bibir pantai kondisinya sudah sangat memprihatinkan dengan rata-rata kerusakan antara 30 sampai 80 %. Bahkan, rumah salah seorang warga bernama Samad (56), terpaksa dirobohkan dan tanah bekas bangunan tersebut kini sudah tinggal sebagian karena tergerus gelombang yang datang secara terus menerus. Dasyatnya gelombang juga bisa dilihat dari bekas gerusan yang saat ini hanya berjarak kurang lebih 3 meter dari jalan Dusun yang memisahkan deretan rumah warga sebelah utara dan selatan. Atas kondisi itu, semua pemilik rumah yang rentan terhantam gelombang susulan disarankan untuk mengungsi di tempat sanak keluarga atau beberapa tenda pengungsian yang rencananya akan disiapkan oleh berbagai pihak.
Menurut kepala Dusun Cerbung Muhadi (54), semakin parahnya dampak abrasi di dusunnya disebabkan oleh belum terlaksananya berbagai upaya penanggulangan, seperti batu pemecah gelombang (breakwater) karena berbagai alasan. Dirinya sangsi 20 rumah yang bersebelahan dengan bibir pantai akan mampu bertahan hingga satu minggu tanpa “breakwater” mengingat intensitas gelombang tinggi semakin sering.
“Kondisinya sudah semakin kritis dan membahayakan. Kebanyakan rumah mengalami kerusakan parah di bagian belakang dan ada beberapa yang memang sudah sangat tidak layak huni, termasuk rumah milik pak Samad yang saat ini sudah tidak berbekas. Saya tidak yakin rumah-rumah tersebut bisa bertahan satu minggu karena gelombang tinggi semakin sering datang dan pemecah gelombang juga belum ada,” katanya.
Muhadi menuturkan, dampak gelombang terhadap rumah warga dari hari ke hari semakin meluas dan membahayakan pemukiman warga. Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari kualitas dan kuantitas kerusakan yang terjadi semakin parah.
“Berdasarkan apa yang kami amati bersama warga, dampak gelombang semakin hari semakin parah dan benar-benar mengancam, bukan hanya rumah yang bersebelahan dengan pantai, bahkan semua yang ada di wilayah dusun Cerbung,” jelasnya.
Hal sama diungkapkan oleh salah seorang warga, Jasriyotun (50), pemilik rumah sebelah selatan jalan dusun. Sebenanya rumah miliknya belum mengalami ancaman serius dari hantaman gelombang. Namun, dirinya sudah merasa khawatir dan takut gelombang laut benar-benar meluas dan melampaui jalan dusun sehingga rumah yang ia tinggali juga akan terkena dampak gelombang. Apalagi sejuh ini menurutnya belum ada sama sekali realisasi penanggulangan yang bersifat permanen.
“Takut mas, meskipun rumah saya tidak bersebelahan langsung dengan pantai, tetapi kalau gelombang tidak segera diatasi tentu akan merembet sampai sini. Kalau tidak segera dilakukan upaya, bisa habis rumah kami,” tuturnya.
Fitri (55), warga lainnya juga menyuarakan hal serupa. Rumah miliknya yang bersandingan dengan pantai kini sudah tidak lagi layak ditinggali. Bagian belakang rumah ambruk hampir mencapai sebagian, serta pondasi bagian dapur terangkat. Kini, ia khawatir satu-satunya rumah yang sudah puluhan tahun ditinggali bersama keluarganya itu terancam lenyap karena hantaman gelombang tinggi belum ada indikasi mereda.
“Saya harus bagaimana lagi, bapak (suami) hanya sopir, ini saja belum saya kasih tahu karena dari beberapa hari yang lalu sedang pergi antar barang ke luar kota. Saya bingung mas harus bagaimana, sedangkan untuk penanganan pribadi tidak punya ongkos,” katanya sambil sesenggukan.
Sementara itu, Selasa malam sebelumnya, (13/3) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rembang sudah melihat langsung lokasi bencana untuk mengetahui dampak terkini abrasi yang melanda Dusun Cerbung. Keesokan harinya, BPBD kembali mendatangi lokasi bersama rombongan wakil bupati Rembang, Abdul Hafidz. Tampak dalam rombongan, Dandim 0720 Rembang Dedy Jusnar Hendrawan, Kepala dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Suranto, Kepala BPBD Suharso, Camat Sarang Akhsanudin, Danramil 14 Sarang Piter Kasi, perwakilan PMI cabang Rembang serta sejumlah pejabat teras lainnya.
Tujuan wakil bupati beserta rombongannya adalah untuk melihat langsung dampak nyata akibat hantaman gelombang serta berdialog dengan warga Dusun Cerbung sehingga upaya-upaya penanggulangan segera bisa dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi lapangan dan mekanisme yang berlaku, baik teknis maupun non teknis.
“Atas nama pemerintah kami sangat prihatin terhadap musibah ini. Segala upaya penanggulangan akan sesegera mungkin kami lakukan dengan tepat dengan mempertimbangkan berbagai mekanisme dan teknis yang berlaku. Semuanya butuh waktu, mudah-mudahan tidak lama lagi biar warga bisa kembali tenang dan tentram,” kata Abdul Hafidz, Wakil Bupati Rembang saat mengawali dialog dengan warga.
Dalam kesempatan itu juga, Palang Merah Indonesia (PMI) Rembang menyerahkan 16 paket bantuan yang berisi kebutuhan sehari-hari guna meringankan beban sementara waktu bagi warga yang terkena imbas abrasi. (Ilyas)
                                               

Jumat, 09 Maret 2012

SMK TANAMKAN LIFE SKILL DINI PADA ANAK


SMK TANAMKAN LIFE SKILL DINI PADA ANAK

Rembang - Sekolah model kejuruan atau lebih sering dikenal dengan sebutan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dianggap oleh sejumlah pihak mampu menanamkan serta mengajarkan life skill secara dini kepada anak. Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah seorang praktisi pendidikan Rembang Wiyono, Sabtu (9/3).
Menurut Wiyono keberadaan sekolah model kejuruan sejauh ini terbukti ampuh memberikan kemampuan kepada siswa terhadap segala bidang yang dibutuhkan pada konteks kehidupan nyata. Ia percaya, keberadaannya akan sangat membantu dalam mengembangkan potensi serta daya kreasi yang sesungguhnya sudah dimiliki oleh setiap anak.
“Sejauh ini dalam pandangan saya keberadaan sekolah model kejuruan sangat ampuh membekali anak menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin global,” katanya.
Wiyono, yang juga menjabat sebagai kepala sekolah SMKN Sale ini mengungkapkan, dirinya sepakat langkah pemerintah yang mengusulkan agar kuantitas sekolah-sekolah model tersebut lebih diperbanyak sebagai salah satu langkah nyata membekali generasi muda dengan skill practic. Dengan hal itu, ia sangat yakin siswa yang belajar serius di sekolah model kejuruan tidak akan bingung ketika keluar sekolah, dan secara umum akan siap kerja.
“Anak-anak keluaran sekolah kejuruan yang belajar secara serius sudah pasti akan mendapatkan bekal kemampuan yang bisa digunakan untuk bekerja,” tuturnya.
Wiyono mencontohkan, SMKN Sale yang ia pimpin saat ini sudah mulai mengeksplorasi secara positif segala potensi yang dimiliki oleh anak sesuai dengan bidang yang diberikan oleh sekolah. salah satunya, kata dia, adalah beberapa hasil karya siswa berupa desaign, seperti PIN, Mug dan lainnya yang sudah mulai merambah pasar dan terbukti cukup diminati.
“Alhamdulilah sejauh ini hasil beberapa karya siswa kejuruan cukup menjanjikan dan membanggakan. Seperti di SMKN Sale yang dalam waktu dekat mendapatkan pesanan 1000 PIN dari salah satu penggiat pramuka di Sale. dan saya kira semua sekolah model kejuruan juga menghasilkan prestasi yang sama dengan model berbeda,” jelasnya panjang lebar. (Ilyas) 

BPBD DINILAI LAMBAN TANGANI BENCANA CERBUNG


BPBD DINILAI LAMBAN TANGANI BENCANA CERBUNG
Bupati diminta turun tangan langsung

Salah satu rumah milim warga yang hancur diterjang gelombang
Rembang - Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rembang dinilai lamban oleh sejumlah warga Cerbung, Temperak Kecamatan Sarang dalam merealisasikan penanggulangan bencana terkait dampak hantaman gelombang di wilayah tersebut. Pasalnya, sejak hantaman gelombang pertama pada awal Februari yang lalu, hingga saat ini belum ada realisasi penanggulangan yang dilakukan oleh Kabupaten melalui BPBD.
Berdasarkan informasi yang diterima koran ini dari kepala Dusun Cerbung, Muhadi, Kamis (8/3), saat ini opsi realisasi penangulangan bencana untuk Dusun Cerbung sudah hampir diputuskan di kabupaten dan tinggal pelaksanaan. Namun, Muhadi mengakui hingga saat ini belum ada realisasi penanggulangan yang dilakukan BPBD. Realisasi yang sudah ada, kata Muhadi, justru berasal dari Palang Merah Indonesia (PMI) Rembang yang memberikan paket bantuan kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat, serta karung beserta pasir dari jajaran Koramil setempat beberapa waktu sebelumnya.
“Sejak hantaman gelombang pada awal Februari lalu memang belum ada upaya penanggulangan secara riil dari BPBD. Namun untuk bantuan semua warga yang rumahnya terkena imbas gelombang telah mendapatkan dari PMI berupa paket kebutuhan sehari-hari masyarakat,” terangnya.
Namun begitu Muhadi menyadari dan menghormati segala proses serta tahapan penanggulangan bencana yang sudah menjadi prosedur tetap birokrasi. Dirinya tetap yakin penanggulangan bencana Cerbung sudah pasti terealisasi dan hanya menunggu waktu.
“Secara kontekstual penaggulangan memang lambat. Namun, secara pribadi dan kelembagaan saya menghormati dan menghargai segala tahapan prosedur dalam realisasi penanggulangan bencana yang berlaku. Dan saya sangat berharap penanggulangan tersebut jangan sampai berlarut hanya karena birokrasi. Demi masyarakat, paling lambat bulan April setidaknya sudah direalisasikan,” katanya lagi.
Jika perlu, tambah Muhadi, apa yang terjadi pada Dusun Cerbung tidak perlu dibelit-belitkan oleh birokrasi karena kondisinya memang sangat mendesak demi keamanan serta kenyamanan warga. Bahkan, dirinya meminta Bupati untuk turun langsung ke lapangan melihat sejauh mana dampak hantaman gelombang yang menimpa warganya.
“Jika perlu Bupati turun tangan langsung,” cetusnya.
Hal sama juga disuarakan oleh salah seorang warga, Sulastri (50) yang juga menilai bahwa BPBD terkesan lamban dalam penanganan bencana Cerbung. Menurutnya tolak ukur lambatnya penanggulangan adalah hantaman gelombang susulan yang kembali menerjang sejumlah rumah milik warga dan mengakibatkan 6 rumah rusak parah dan satu lainnya terpaksa dirobohkan.
“Penanggulangan lamban mas,” katanya singkat. (Ilyas)

DIHANTAM GELOMBANG SUSULAN, 7 RUMAH RUSAK PARAH




DIHANTAM GELOMBANG SUSULAN, 7 RUMAH RUSAK PARAH 
Satu diantaranya terpaksa dirobohkan

     Rembang - Lagi, gelombang susulan menghantam sebagian rumah milik warga Dusun  Cerbung Desa Temperak Sarang, Selasa sore (6/3). Akibatnya sejumlah rumah warga mengalami kerusakan parah dan satu rumah lainnya terpaksa dirobohkan karena kondisinya membahayakan dan tidak aman lagi dijadikan tempat tinggal. Kondisi tersebut membuat warga setempat semakin merasa tidak nyaman dengan kondisi lingkungan tempat tinggal yang sewaktu-waktu bisa mengancam.
Salah satu rumah warga yang roboh
     Menurut kepala Dusun Cerbung, Muhadi, gelombang susulan yang kembali melanda wilayahnya terjadi pada Selasa sore saat angin kencang tengah datang dan sebagian warga ada yang sedang tidak berada di rumah. Gelombang itu, kata Muhadi, total menghantam 7 rumah milik warga yang pada Kamis (2/2) sebelumnya juga sudah merasakan hantaman gelombang yang sama. Dari 7 rumah milik warga yang mengalami kerusakan, satu di antaranya terpaksa dirobohkan karena kondisinya sudah tidak layak lagi dijadikan tempat tinggal.
     “Total ada 7 rumah milik warga yang menjadi sasaran gelombang susulan, dan sebenarnya pada Februari kemarin rumah-rumah tersebut juga sudah terkena dampak gelombang bersama belasan rumah lainnya. Bahkan rumah milik pak Samad yang harus dirobohkan karena tingkat kerusakan di atas 50 %, bahaya jika dipaksa untuk ditempati,” jelas Muhadi.
     Dengan kondisi tersebut, Muhadi menghawatirkan dampak hantaman gelombang akan semakin parah dan meluas jika langkah-langkah penanggulangan tidak segera dilakukan. Pasalnya, berdasarkan yang ia amati bersama warga sejak gelombang parah pada Februari silam, ada bagian rumah warga yang sampai tergerus hingga 6 meter dan belum diupayakan penanggulangan, baik secara personal maupun swadaya karena berbagai keterbatasan, salah satunya persoalan dana.
     Sementara itu akibat kejadian tersebut setidaknya 3 KK warga Dusun Cerbung terpaksa mengungsi saat malam hari karena khawatir hal-hal lebih buruk akan terjadi. seperti yang dikatakan oleh Romlah, yang mengaku harus rela tidur di mushola setempat pada saat malam karena khawatir rumahnya akan menjadi sasaran gelombang lagi. Apalagi, menurut dia saat ini  bagian belakang rumahnya sudah tidak berbentuk lagi dan cukup rawan roboh.
     “Terpaksa mengungsi, orang kondisinya memang seperti ini,” katanya.
Hal sama juga menimpa warga lainnya, Samad, yang rumahnya dirobohkan paksa karena mengalami kerusakan sangat parah. Bersama istrinya ia terpaksa mengungsi dan tinggal di warung kopi sederhananya, pinggir jalan Pantura Semarang-Surabaya.
     “Hanya jika siang hari saya kesini membersihkan sisa-sisa barang yang masih bisa dimanfaatkan, kalau malam saya bersama istri tinggal di warung,” tuturnya. (Ilyas)
 

Senin, 05 Maret 2012

SEPAK BOLA DI LAPANGAN, BUKAN DI KANTOR PSSI


Moch. Ilyas al-Musthofa (Doc)
SEPAK BOLA DI LAPANGAN, BUKAN DI KANTOR PSSI
Oleh : Moch. Ilyas al-Mushthofa *)

Lagi-lagi PSSI selaku pemegang induk sepak bola Indonesia menorehkan luka nyeri nan mendalam bagi semua insan sepak bola nasional. Bukan hanya di kalangan seporter saja, bahkan sangat mungkin semua masyarakat Indonesia merasakan luka tersebut karena sepak bola pada konteksnya sering mewakili harga diri sebuah bangsa.
Ya, Rabu malam (29/2), merupakan momen yang bisa jadi tidak akan pernah terlupakan bagi semua insan sepak bola Indonesia. Harga diri sepak bola nasional kembali tercabik di pentas internasional lewat kekalahan telak, memalukan serta terbesar sepanjang sejarah sepak bola kita. Tidak tanggung-tanggung, gawang Indonesia, yang bermaterikan hanya dari pemain IPL (Kompetisi yang dianggap sah oleh PSSI) digelontor 10 goal tanpa balas oleh Bahrain, Negara yang sebenarnya secara keseluruhan kekuatan sepak bolanya berimbang dengan kita.
Memalukan, mungkin kata yang banyak digunakan oleh berbagai media sebagai judul menyikapi kekalahan besar tersebut memang benar adanya dan sangat tepat. Bayangkan, sebelumnya kekalahan terbesar yang pernah kita alami berlangsung 38 tahun silam atau tepatnya pada tahun 1974, ketika itu Indonesia tunduk oleh Denmark 9-0 pada pertandingan persahabatan di Kopenhagen. Namun harus diingat, Denmark merupakan salah satu kiblat sepak bola eropa, bahkan dunia dan tentu berbeda kelasnya dengan Bahrain.
Sebenarnya bukan kekalahan itu yang menjadi sumber kemarahan dan kekecewaan mayoritas bangsa Indonesia, melainkan PSSI lah yang secara sengaja dan dalam keadaan sadar, mengatas-namakan statuta FIFA mencekal pemain-pemain terbaik kita yang kebanyakan bermain di ISL, kompetisi yang sudah banyak “makan garam” dan jauh lebih “tua” dari IPL, sehingga mereka tidak diperkenankan menggunakan seragam merah putih. Bahkan mantan pelatih timnas U23 Rahmad Darmawan pun menyebut tim yang kalah 10-0 dari Bahrain bukan timnas Indonesia, melainkan IPL selection. Apa hasilnya, penonton kecewa, dan saat Indonesia tertinggal 9-0 dari Bahrain, ada seorang kawan yang menyaksikan laga lewat layar kaca berujar melalui SMS kepada penulis, “Andai Televisi harganya cuma puluhan ribu, sudah kubanting hingga tak berbentuk, karena kecewa,”. Ada juga kawan lain yang mengirim SMS, “Kayak skor futsal saja,”. Mungkin saja itu reaksi kekecewaan wajar dari seorang yang memendam cinta akan sepak bola Indonesia.
Sesungghnya jika kita telaah secara mendalam, semakin terpuruknya permainan dan prestasi timnas saat ini adalah ulah PSSI itu sendiri yang lebih suka menyibukan diri sebagai pengurus dengan citra lebih bersih dan sehat (setidaknya dari era Nurdin Halid cs), dari pada mengurus sepak bola secara sportif dengan orientasi utama menghibur, bukan malah mengecewakan masyarakat. Pengurus PSSI sekarang seolah sudah tidak lagi mau mendengar erangan dan jeritan pecinta bola nasional yang sepertinya mulai kehilangan suara untuk menegur, memohon atau berbisik lirih demi kemajuan sepak bola Indonesia. Bahkan, mungkin karena “risi” sekaligus “geli” presiden SBY pun angkat bicara dan meminta pengurus PSSI untuk tidak ribut terus serta melakukan interopeksi diri. Lagi-lagi, inilah bukti, penonton kecewa.
Dalam hal ini penulis sangat bersepakat dengan apa yang diungkapkan oleh menteri BUMN Dahlan Iskan sebelum laga Bahrain melawan Indonesia,  bahwa akar kisruh di tubuh PSSI adalah persaingan dua tokoh, Nirwan Bakrei dan Arifin Panigoro. Banyak kalangan yang sudah mafhum bahwasanya Nirwan merupakan sosok di balik Nurdin Halid saat menjabat ketua umum PSSI, sedangkan Arifin Panigoro adalah orang yang berada di belakang Djohar Arifin, saat ini. Memang tepat rasanya yang diusulkan oleh pak menteri bahwa kedua tokoh tersebut seharusnya bertarung secara ksatria dengan masing-masing membentuk atau mendanai klub sepak bola dan bertarung di lapangan bukan di ranah kebijakan PSSI.
Tentu saja jika persaingan tersebut dialihkan pada lapangan hijau situasinya akan berbalik menjadi positif bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Kita lihat di Inggris ada duo Manchester, United dan City, Spanyol dengan Real Madrid dan Barcelona serta Italia dengan Juventus dan AC Milan. Hasilnya, persaingan serta perseteruan di dalam maupun luar lapangan antara klub-klub tersebut ternyata sangat andil dalam membantu membentuk tim nasional yang tangguh pada negara-negara itu.
Bagaimana dengan Indonesia, saat ini ditengarahi Nirwan merupakan penyokong dana bagi Pelita Jaya, klub bertabur bintang anggota ISL, dan semestinya Arifin panigoro meniru langkah itu agar domain perseteruan tidak lagi salah tempat seperti sekarang. Sehingga sepak bola tidak akan dikorbankan akibat perseteruan atau pertarungan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan, karena sesungguhnya sepak bola itu di lapangan, bukan di kantor PSSI.

*) Penulis adalah wartawan Suara Rembang, bisa dijumpai di lee_chuath@yahoo.co.id.