|
Kritis : Salah satu
bekas rumah warga Cerbung yang saat ini telah lenyap akibat akumulasi hantaman
gelombang yang datang secara terus-menerus dan belum adanya upaya
penanggulangan nyata dari kabupaten.
|
CERBUNG MAKIN
KRITIS
Rembang - Abrasi di Dusun
Cerbung, Desa Temperak Sarang yang sudah terjadi sejak Februari silam dan
mengancam 21 KK saat ini semakin memasuki masa kritis. Ancaman gelombang tinggi
bagi warga setempat ditengarahi semakin nyata dan sewaktu-waktu dikhawatirkan
bisa mengakibatkan rumah-rumah yang terletak bersebelahan dengan bibir pantai
hilang tidak berbekas.
Kondisi terkini
berdasarkan pantauan lapangan Rabu (14/3), sedikitnya 20 rumah warga Cerbung
yang terletak bersebelahan dengan bibir pantai kondisinya sudah sangat
memprihatinkan dengan rata-rata kerusakan antara 30 sampai 80 %. Bahkan, rumah
salah seorang warga bernama Samad (56), terpaksa dirobohkan dan tanah bekas
bangunan tersebut kini sudah tinggal sebagian karena tergerus gelombang yang
datang secara terus menerus. Dasyatnya gelombang juga bisa dilihat dari bekas gerusan
yang saat ini hanya berjarak kurang lebih 3 meter dari jalan Dusun yang
memisahkan deretan rumah warga sebelah utara dan selatan. Atas kondisi itu,
semua pemilik rumah yang rentan terhantam gelombang susulan disarankan untuk
mengungsi di tempat sanak keluarga atau beberapa tenda pengungsian yang rencananya
akan disiapkan oleh berbagai pihak.
Menurut kepala
Dusun Cerbung Muhadi (54), semakin parahnya dampak abrasi di dusunnya
disebabkan oleh belum terlaksananya berbagai upaya penanggulangan, seperti batu
pemecah gelombang (breakwater) karena berbagai alasan. Dirinya sangsi 20 rumah
yang bersebelahan dengan bibir pantai akan mampu bertahan hingga satu minggu
tanpa “breakwater” mengingat intensitas gelombang tinggi semakin sering.
“Kondisinya
sudah semakin kritis dan membahayakan. Kebanyakan rumah mengalami kerusakan
parah di bagian belakang dan ada beberapa yang memang sudah sangat tidak layak
huni, termasuk rumah milik pak Samad yang saat ini sudah tidak berbekas. Saya
tidak yakin rumah-rumah tersebut bisa bertahan satu minggu karena gelombang
tinggi semakin sering datang dan pemecah gelombang juga belum ada,” katanya.
Muhadi
menuturkan, dampak gelombang terhadap rumah warga dari hari ke hari semakin
meluas dan membahayakan pemukiman warga. Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari
kualitas dan kuantitas kerusakan yang terjadi semakin parah.
“Berdasarkan
apa yang kami amati bersama warga, dampak gelombang semakin hari semakin parah
dan benar-benar mengancam, bukan hanya rumah yang bersebelahan dengan pantai,
bahkan semua yang ada di wilayah dusun Cerbung,” jelasnya.
Hal sama diungkapkan
oleh salah seorang warga, Jasriyotun (50), pemilik rumah sebelah selatan jalan
dusun. Sebenanya rumah miliknya belum mengalami ancaman serius dari hantaman
gelombang. Namun, dirinya sudah merasa khawatir dan takut gelombang laut
benar-benar meluas dan melampaui jalan dusun sehingga rumah yang ia tinggali
juga akan terkena dampak gelombang. Apalagi sejuh ini menurutnya belum ada sama
sekali realisasi penanggulangan yang bersifat permanen.
“Takut mas,
meskipun rumah saya tidak bersebelahan langsung dengan pantai, tetapi kalau
gelombang tidak segera diatasi tentu akan merembet sampai sini. Kalau tidak
segera dilakukan upaya, bisa habis rumah kami,” tuturnya.
Fitri (55),
warga lainnya juga menyuarakan hal serupa. Rumah miliknya yang bersandingan
dengan pantai kini sudah tidak lagi layak ditinggali. Bagian belakang rumah
ambruk hampir mencapai sebagian, serta pondasi bagian dapur terangkat. Kini, ia
khawatir satu-satunya rumah yang sudah puluhan tahun ditinggali bersama
keluarganya itu terancam lenyap karena hantaman gelombang tinggi belum ada
indikasi mereda.
“Saya harus
bagaimana lagi, bapak (suami) hanya sopir, ini saja belum saya kasih tahu
karena dari beberapa hari yang lalu sedang pergi antar barang ke luar kota.
Saya bingung mas harus bagaimana, sedangkan untuk penanganan pribadi tidak
punya ongkos,” katanya sambil sesenggukan.
Sementara itu, Selasa
malam sebelumnya, (13/3) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Rembang sudah melihat langsung lokasi bencana untuk mengetahui dampak terkini
abrasi yang melanda Dusun Cerbung. Keesokan harinya, BPBD kembali mendatangi
lokasi bersama rombongan wakil bupati Rembang, Abdul Hafidz. Tampak dalam
rombongan, Dandim 0720 Rembang Dedy Jusnar Hendrawan, Kepala dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Suranto, Kepala BPBD Suharso,
Camat Sarang Akhsanudin, Danramil 14 Sarang Piter Kasi, perwakilan PMI cabang
Rembang serta sejumlah pejabat teras lainnya.
Tujuan wakil
bupati beserta rombongannya adalah untuk melihat langsung dampak nyata akibat
hantaman gelombang serta berdialog dengan warga Dusun Cerbung sehingga
upaya-upaya penanggulangan segera bisa dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi
lapangan dan mekanisme yang berlaku, baik teknis maupun non teknis.
“Atas nama pemerintah
kami sangat prihatin terhadap musibah ini. Segala upaya penanggulangan akan
sesegera mungkin kami lakukan dengan tepat dengan mempertimbangkan berbagai mekanisme
dan teknis yang berlaku. Semuanya butuh waktu, mudah-mudahan tidak lama lagi
biar warga bisa kembali tenang dan tentram,” kata Abdul Hafidz, Wakil Bupati
Rembang saat mengawali dialog dengan warga.
Dalam
kesempatan itu juga, Palang Merah Indonesia (PMI) Rembang menyerahkan 16 paket
bantuan yang berisi kebutuhan sehari-hari guna meringankan beban sementara
waktu bagi warga yang terkena imbas abrasi. (Ilyas)