Rabu, 14 Maret 2012

CERBUNG MAKIN KRITIS



Kritis : Salah satu bekas rumah warga Cerbung yang saat ini telah lenyap akibat akumulasi hantaman gelombang yang datang secara terus-menerus dan belum adanya upaya penanggulangan nyata dari kabupaten.
CERBUNG MAKIN KRITIS

Rembang - Abrasi di Dusun Cerbung, Desa Temperak Sarang yang sudah terjadi sejak Februari silam dan mengancam 21 KK saat ini semakin memasuki masa kritis. Ancaman gelombang tinggi bagi warga setempat ditengarahi semakin nyata dan sewaktu-waktu dikhawatirkan bisa mengakibatkan rumah-rumah yang terletak bersebelahan dengan bibir pantai hilang tidak berbekas.
Kondisi terkini berdasarkan pantauan lapangan Rabu (14/3), sedikitnya 20 rumah warga Cerbung yang terletak bersebelahan dengan bibir pantai kondisinya sudah sangat memprihatinkan dengan rata-rata kerusakan antara 30 sampai 80 %. Bahkan, rumah salah seorang warga bernama Samad (56), terpaksa dirobohkan dan tanah bekas bangunan tersebut kini sudah tinggal sebagian karena tergerus gelombang yang datang secara terus menerus. Dasyatnya gelombang juga bisa dilihat dari bekas gerusan yang saat ini hanya berjarak kurang lebih 3 meter dari jalan Dusun yang memisahkan deretan rumah warga sebelah utara dan selatan. Atas kondisi itu, semua pemilik rumah yang rentan terhantam gelombang susulan disarankan untuk mengungsi di tempat sanak keluarga atau beberapa tenda pengungsian yang rencananya akan disiapkan oleh berbagai pihak.
Menurut kepala Dusun Cerbung Muhadi (54), semakin parahnya dampak abrasi di dusunnya disebabkan oleh belum terlaksananya berbagai upaya penanggulangan, seperti batu pemecah gelombang (breakwater) karena berbagai alasan. Dirinya sangsi 20 rumah yang bersebelahan dengan bibir pantai akan mampu bertahan hingga satu minggu tanpa “breakwater” mengingat intensitas gelombang tinggi semakin sering.
“Kondisinya sudah semakin kritis dan membahayakan. Kebanyakan rumah mengalami kerusakan parah di bagian belakang dan ada beberapa yang memang sudah sangat tidak layak huni, termasuk rumah milik pak Samad yang saat ini sudah tidak berbekas. Saya tidak yakin rumah-rumah tersebut bisa bertahan satu minggu karena gelombang tinggi semakin sering datang dan pemecah gelombang juga belum ada,” katanya.
Muhadi menuturkan, dampak gelombang terhadap rumah warga dari hari ke hari semakin meluas dan membahayakan pemukiman warga. Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari kualitas dan kuantitas kerusakan yang terjadi semakin parah.
“Berdasarkan apa yang kami amati bersama warga, dampak gelombang semakin hari semakin parah dan benar-benar mengancam, bukan hanya rumah yang bersebelahan dengan pantai, bahkan semua yang ada di wilayah dusun Cerbung,” jelasnya.
Hal sama diungkapkan oleh salah seorang warga, Jasriyotun (50), pemilik rumah sebelah selatan jalan dusun. Sebenanya rumah miliknya belum mengalami ancaman serius dari hantaman gelombang. Namun, dirinya sudah merasa khawatir dan takut gelombang laut benar-benar meluas dan melampaui jalan dusun sehingga rumah yang ia tinggali juga akan terkena dampak gelombang. Apalagi sejuh ini menurutnya belum ada sama sekali realisasi penanggulangan yang bersifat permanen.
“Takut mas, meskipun rumah saya tidak bersebelahan langsung dengan pantai, tetapi kalau gelombang tidak segera diatasi tentu akan merembet sampai sini. Kalau tidak segera dilakukan upaya, bisa habis rumah kami,” tuturnya.
Fitri (55), warga lainnya juga menyuarakan hal serupa. Rumah miliknya yang bersandingan dengan pantai kini sudah tidak lagi layak ditinggali. Bagian belakang rumah ambruk hampir mencapai sebagian, serta pondasi bagian dapur terangkat. Kini, ia khawatir satu-satunya rumah yang sudah puluhan tahun ditinggali bersama keluarganya itu terancam lenyap karena hantaman gelombang tinggi belum ada indikasi mereda.
“Saya harus bagaimana lagi, bapak (suami) hanya sopir, ini saja belum saya kasih tahu karena dari beberapa hari yang lalu sedang pergi antar barang ke luar kota. Saya bingung mas harus bagaimana, sedangkan untuk penanganan pribadi tidak punya ongkos,” katanya sambil sesenggukan.
Sementara itu, Selasa malam sebelumnya, (13/3) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rembang sudah melihat langsung lokasi bencana untuk mengetahui dampak terkini abrasi yang melanda Dusun Cerbung. Keesokan harinya, BPBD kembali mendatangi lokasi bersama rombongan wakil bupati Rembang, Abdul Hafidz. Tampak dalam rombongan, Dandim 0720 Rembang Dedy Jusnar Hendrawan, Kepala dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Suranto, Kepala BPBD Suharso, Camat Sarang Akhsanudin, Danramil 14 Sarang Piter Kasi, perwakilan PMI cabang Rembang serta sejumlah pejabat teras lainnya.
Tujuan wakil bupati beserta rombongannya adalah untuk melihat langsung dampak nyata akibat hantaman gelombang serta berdialog dengan warga Dusun Cerbung sehingga upaya-upaya penanggulangan segera bisa dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi lapangan dan mekanisme yang berlaku, baik teknis maupun non teknis.
“Atas nama pemerintah kami sangat prihatin terhadap musibah ini. Segala upaya penanggulangan akan sesegera mungkin kami lakukan dengan tepat dengan mempertimbangkan berbagai mekanisme dan teknis yang berlaku. Semuanya butuh waktu, mudah-mudahan tidak lama lagi biar warga bisa kembali tenang dan tentram,” kata Abdul Hafidz, Wakil Bupati Rembang saat mengawali dialog dengan warga.
Dalam kesempatan itu juga, Palang Merah Indonesia (PMI) Rembang menyerahkan 16 paket bantuan yang berisi kebutuhan sehari-hari guna meringankan beban sementara waktu bagi warga yang terkena imbas abrasi. (Ilyas)
                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar