OMZET BAN BATIK TURUN DRASTIS
Riyanto (30), berposes diapit oleh ban batik yang dijualnya. |
Omzet para produsen ban batik di
wilayah Desa Bedog Kecamatan Pamotan tercatat mengalami penurunan. Menurut
sejumlah produsen, omzet yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan
hasil-hasil sebelumnya. Bahkan, mereka mengutarakan, perbandingan hasilnya
cukup mencolok.
Riyanto (30), salah seorang
pedagang ban batik, mengaku cukup resah dengan penurunan omzet yang terus-terusan
terjadi. Riyanto tidak mengetahui secara pasti minimnya peminat ban batik yang
terjadi pada akhir-akhir ini. Namun, Ia menduga penurunan omzet sangat mungkin
disebabkan oleh datangnya musim hujan, sehingga intensitas bepergian sebagian
warga mengalami penurunan.
“Mungkin saja karena musim hujan,
sehingga banyak warga yang malas bepergian,” ucap pria yang juga menyambi
sebagai tukang tambal ban panggilan ini.
Riyanto menyebutkan, pada waktu
sebelumnya, dirinya bisa menjual 5 sampai 6 buah ban pada tiap harinya. Dengan
angka itu, ia mengaku mendapatkan keuntungan relatif besar. Namun, untuk saat
ini, jelas dia, dalam sehari ada pembeli saja sudah termasuk sebuah keberuntungan.
“Sangat sepi, sehari ada yang
mampir saja sudah merupakan keuntungan. Saat ini rata-rata sehari Cuma 2 buah
ban yang terjual,” tambahnya.
Ia menjelaskan, untuk ban yang
dibatik secara manual, pada umumnya bisa bertahan 6 sampai dengan 7 bulan,
untuk pemakaian biasa. Sedangkan untuk pemakaian yang terbilang sering, rianto
memperkirakan ban yang dibatik secara manual hanya bisa bertahan kurang lebih 3
sampai 4 bulan. Sedangkan untuk harga, ia biasanya mematok antara 15 ribu hingga
20 ribu tiap ban, tergantung pada jenisnya.
“Saya kira cukup ekonomis bagi
masyarakat bawah,” cetusnya singkat. (Ilyas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar